TOBA – Sejumlah masyarakat yang tergabung dalam Masyarakat Toba Pemantau Paradigma Baru PT. TPL menilai kinerja Manager Corporate Social Responsibility (CSR) sangat buruk dimata masyarakat Toba.
Bahkan masyarakat menduga terjadi permainan penggunaan dana Community Development (CD) perusahaan (Red- PT. Toba Pulp Lestari, Tbk), yang seharusnya diterima masyarakat dengan nilai 1 % pertahun dari hasil penjualan perusahaan.
Melalui halaman sosial media, Firman Sinaga mengatasnamakan Masyarakat Toba Pemantau Paradigman Baru TPL, menjelaskan panjang lebar kecurigaan dan dugaan penggunaan dana CD yang merugikan masyarakat.Firman Sinaga dengan tegas mempertanyakan kinerja Manager CSR TPL, yang selalu membohongi masyarakat melalui program bantuan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya.
“Seorang manager tentu harus memiliki kecerdasan di atas rata-rata, harus mampu melakukan kajian dan analisa yang luas yang tidak hanya sekedar memberikan bantuan kepada masyarakat. Itulah yang membuat saya tergerak membuat surat terbuka Ini. Ibu Community Development Manager, tahukan ibu apa yang dimaksud dengan Paradigma Baru PT. TPL? Tahukan ibu, apa yang dimaksud Dengan Dana CD?,” tegas Firman Sinaga (8/9/2020), dalam tautan sosial medianya.
Dalam konfirmasi yang dilakukan sejumlah media online, Firman Sinaga juga menduga bantuan dana perusahaan untuk masyarakat yang tercantum dalam Akta 54 tahun 2003, perjanjinan antara perusahaan dan masyarakat telah dilanggar dan dirubah fungsinya. Menurutnya pemberian bantuan hanya seremonial dan mulai bersinggungan dengan kepentingan politik praktis penguasa.
Firman mencontohkan satu dari puluhan bantuan praktis yang gagal dilakukan oleh Manager CSR, yakni pemberian bantuan 15 ribu ekor anak ayam kepada masyarakat Toba, melalui arahan Ketua tim PKK Kabupaten Toba (Istri Bupati). Menurutnya kegiatan tersebut menyinggung perasaan masyarakat Toba, dan berbau kepentingan politik menuju Pilkada serentak 2020 di Toba.
“Tahukah ibu Mangaer CSR, keluhan masyarakat desa atas proposal-proposal mereka yang tak kalian respon sama sekali? Kenapa ketika ketua PKK Kab Toba ajukan proposal atas dana CD/CSR kalian langsung respond? Pemkab tak punya hak atas dana CD. Itu hak masyarakat, itulah sebabnya tertanggal 27 April sudah saya posting, Dana CD untuk tahun 2021 harus masuk ke kas Desa ke seluruh desa di Kabupaten Toba. Kalian personel Community Development malah lebih merespon mereka para aktivis gadungan, yang menyalahgunakan penggunaan kelompok Tani untuk dapat bantuan, mestinya kalian harus memastikan, siapa kelompok tani atau petani yang layak untuk mendapatkannya,” celoteh Firman Sinaga.
Lebih lanjut firma Sinaga mengungkapkan bantuan anak ayam tidak sesuai dengan jenis peternakan yang ada di Toba, bahan bantuan belasan ribu anak ayam tersebut terancam gagal karena mati tidak mendapatkan pasokan makanan jenis pellet. Sementara masyarakat Toba tidak seluruhnya mampu mencari pengadaan pelet pakan ternak ayam.
“Sekarang saya memberikan analisa bantuan 15 ribu ekor anak ayam tanpa pakan ke masyarakat, adalah membuat masyarakat makin miskin. Analisa yang mau saya sampaikan bagaimana tingkat keberhasilan Usaha ini ke depannya, pertama jumlah anak ayam yang mau dibagikan 15 ribu ekor. Untuk mendapatkan 1 kilogram daging dibutuhkan 2.3 kilogram pellet (pakan dengan mimimal kandungan protein 18%), untuk jenis ayam kampung bila ayam itu dijadikan ayam pedaging.
Untuk menjadikan ayam petelur minimal dibutuhkan 14 kilogram pellet. Jadi marikita hitung berapa kebutuhan modal pakan pellet dibutuhkan, untuk ayam pedaging Rp. 330 juta – 420 juta, kalaiu ayam kampung menjadi ayam petelur minimal dibutuhkan Rp. 1.2 milyar sampai Rp. 1.7 milyar,” ungkapnya dalam komentar sosial media.
Sementara itu Manager CSR TPL Ramida Siringo-ringo, sampai sata ini belum berhasil dikonfirmasi terkait celotehan masyarakat Toba, baik melalui ponsel maupun pesan singkat. Harapan masyarakat Manager CSR TPL dapat mendengarkan aspirasi masyarakat dan petani, bukan urusan terkontaminasi dengan kepentingan politik. (Res)